Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli

Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli

Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli

Sebelum membahas mengenai pengertian wawancara menurut para ahli, penting untuk memahami bahwa wawancara adalah suatu aktivitas komunikasi verbal antara pewawancara dan responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Aktivitas ini merupakan salah satu metode penting dalam penelitian dan jurnalistik. Para ahli telah memberikan berbagai pandangan dan pengertian mengenai wawancara ini.

Salah satu ahli dalam bidang penelitian, Sudijono (2010), mendefinisikan wawancara sebagai proses interaksi antara individu dengan individu lain yang dilakukan dalam situasi yang diatur secara sengaja. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai pikiran, perasaan, dan tindakan mereka terkait dengan topik yang sedang diteliti. Menurut Sudijono, wawancara dapat dilakukan dalam berbagai konteks seperti penelitian lapangan, wawancara kerja, atau wawancara dalam bidang jurnalistik.

Menurut Drs. H. Agus Firmansyah (2013), wawancara merupakan salah satu metode komunikasi antara dua individu atau lebih, di mana seorang pewawancara akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dalam rangka mencari informasi yang diinginkan. Wawancara ini dilakukan secara langsung dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode komunikasi lainnya, seperti observasi atau studi dokumenter. Dalam wawancara, pewawancara memiliki peran aktif dalam mencari informasi dan menafsirkan jawaban responden.

Gibran dan David (2008) dalam bukunya yang berjudul “Kunci Sukses Wawancara Kerja” memberikan pengertian lain tentang wawancara. Menurut mereka, wawancara adalah cara untuk mengukur dan mengumpulkan informasi terkait dengan keterampilan, keahlian, dan karakter seseorang. Wawancara dapat berlangsung dalam berbagai konteks, seperti wawancara kerja, wawancara seleksi masuk perguruan tinggi, atau wawancara dalam proses penelitian. Tujuan utama wawancara ini adalah untuk menggali lebih dalam mengenai individu yang menjadi responden dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan.

Pengertian wawancara menurut Slameto (2015), seorang ahli dalam bidang pendidikan, adalah sebuah kegiatan komunikasi antar dua individu atau lebih yang terjadi dalam konteks tertentu. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan atau mencari informasi yang dibutuhkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. Slameto juga menekankan bahwa wawancara dalam konteks pendidikan dapat dilakukan oleh seorang guru kepada seorang siswa, atau antar siswa.

Dari berbagai pengertian wawancara menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sebuah interaksi komunikasi verbal yang dilakukan oleh pewawancara dan responden dengan tujuan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Wawancara ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks, seperti penelitian, jurnalistik, seleksi kerja, atau dalam pendidikan. Penting bagi pewawancara untuk melaksanakan wawancara dengan baik agar informasi yang diperoleh relevan dan akurat. Tentunya, keberhasilan wawancara juga ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dengan tujuan wawancara tersebut.

Tujuan Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi secara langsung. Tujuan utama dari wawancara adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan mendalam dari sumbernya. Dalam konteks penelitian atau pemberitaan, wawancara menjadi sarana efektif untuk menggali informasi yang tidak dapat diperoleh melalui sumber lain.

Tujuan pertama dari wawancara adalah untuk mengumpulkan data primer. Data primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau sumber informasi utama. Dengan melakukan wawancara, pewawancara dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan khusus kepada narasumber yang dapat memberikan data yang relevan dan detail mengenai topik yang sedang diteliti atau menjadi fokus pemberitaan.

Selain itu, tujuan wawancara adalah untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam mengenai suatu topik. Dalam beberapa kasus, informasi yang diperoleh dari sumber sekunder seperti buku, artikel, atau internet mungkin tidak cukup untuk memahami sepenuhnya suatu fenomena atau peristiwa. Dengan melakukan wawancara, para ahli atau peneliti dapat mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik dan mendalam kepada narasumber agar dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

Wawancara juga memiliki tujuan untuk memverifikasi atau mengkonfirmasi informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Terkadang, data yang diperoleh dari sumber lain dapat memiliki ketidakpastian atau subjektivitas. Dalam hal ini, wawancara dapat digunakan untuk memastikan kebenaran atau keakuratan informasi tersebut. Dengan melakukan wawancara, pewawancara dapat mengajukan pertanyaan tambahan atau meminta klarifikasi kepada narasumber untuk memastikan bahwa data yang diperoleh benar dan dapat dipercaya.

Selain itu, tujuan wawancara adalah untuk membangun hubungan interpersonal antara pewawancara dan narasumber. Dalam beberapa kasus, narasumber yang diwawancara mungkin memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sensitif atau pribadi. Oleh karena itu, membangun kepercayaan dan menghormati privasi narasumber sangat penting dalam rangka memperoleh data yang akurat dan mendalam. Dengan menjalin hubungan yang baik dan menghargai perspektif narasumber, wawancara dapat menjadikan suasana interaksi yang terbuka dan memungkinkan narasumber untuk memberikan informasi dengan lebih jujur dan terbuka.

Dalam kesimpulan, wawancara memiliki beberapa tujuan utama, yaitu mengumpulkan data primer, memperoleh wawasan yang mendalam, memverifikasi informasi, dan membangun hubungan interpersonal. Dalam konteks penelitian dan pemberitaan, wawancara merupakan metode yang penting untuk memperoleh informasi yang relevan dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang tepat dan menjalin hubungan yang baik dengan narasumber sangat penting untuk mencapai tujuan dari wawancara.

Jenis-jenis Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian. Ada beberapa jenis wawancara yang dapat dilakukan, yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur, dan wawancara semi terstruktur, yang memiliki pendekatan dan metode yang berbeda.

1. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara yang melibatkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Pada jenis wawancara ini, intervener memiliki panduan pertanyaan yang harus diajukan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan ini bersifat tetap dan secara khusus ditujukan untuk mengumpulkan data tertentu yang diinginkan. Tujuan utama dari wawancara terstruktur adalah untuk mendapatkan data yang konsisten dan dapat dibandingkan secara sistematis.

2. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah jenis wawancara yang tidak melibatkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Pada jenis wawancara ini, intervener tidak memiliki panduan pertanyaan yang harus diajukan kepada responden. Intervener hanya mengajukan beberapa pertanyaan umum untuk memulai wawancara, kemudian tanggapan responden akan menjadi dasar untuk menentukan arah dan jenis pertanyaan selanjutnya. Pendekatan ini memberikan kebebasan pada responden untuk menyampaikan informasi lebih bebas tanpa adanya pembatasan.

3. Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah jenis wawancara yang menggabungkan unsur-unsur wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pada jenis wawancara ini, intervener memiliki daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya namun tidak mengikat. Intervener juga memberikan kebebasan kepada responden untuk menyampaikan informasi atau pengalaman mereka sesuai dengan pendekatan mereka sendiri. Hal ini membuat interaksi antara intervener dan responden lebih fleksibel dan memungkinkan adanya penjelasan atau elaborasi lebih dalam terhadap respon responden.

Setiap jenis wawancara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Wawancara terstruktur dapat memberikan hasil yang lebih konsisten, mudah dibandingkan, dan memberikan informasi rinci tentang topik yang diteliti. Namun, wawancara terstruktur juga dapat membatasi kreativitas dan kebebasan responden. Di sisi lain, wawancara tidak terstruktur dapat memberikan kebebasan kepada responden untuk menyampaikan informasi lebih leluasa, namun hasil wawancara mungkin menjadi kurang terstruktur dan sulit untuk dibandingkan. Wawancara semi terstruktur mencoba menggabungkan kelebihan dari kedua jenis wawancara tersebut.

Dalam memilih jenis wawancara yang sesuai, peneliti perlu mempertimbangkan tujuan penelitian, sifat subjek yang akan diwawancarai, dan juga ketersediaan waktu dan sumber daya. Dalam wawancara terstruktur, peneliti perlu mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan dan memastikan pertanyaan-pertanyaan tersebut relevan dengan tujuan penelitian. Pada wawancara tidak terstruktur, peneliti perlu mampu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dengan bijak melalui pertanyaan umum yang dapat memancing respons dari responden. Sementara pada wawancara semi terstruktur, peneliti perlu menggabungkan keduanya dengan cara yang tepat untuk memperoleh data yang akurat dan relevan dengan tujuan penelitian.

Proses Wawancara

Proses wawancara merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data melalui interaksi langsung antara pewawancara dan responden. Proses ini terdiri dari beberapa tahap yang harus dilakukan secara sistematis dan terorganisir. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut tentang tahapan-tahapan dalam proses wawancara.

1. Tahap Perencanaan

Sebelum memulai wawancara, perlu dilakukan perencanaan yang matang. Tahap perencanaan ini mencakup identifikasi tujuan wawancara, pemilihan responden yang sesuai, penentuan lokasi dan waktu yang tepat, serta menyusun daftar pertanyaan yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Perencanaan yang baik akan membantu pewawancara memperoleh informasi yang dibutuhkan secara efektif.

2. Tahap Pengumpulan Data

Setelah perencanaan selesai, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Pewawancara harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan responden. Selain itu, pewawancara juga harus mampu mendengarkan dengan seksama, mencatat informasi penting, dan mengajukan pertanyaan yang relevan untuk mendapatkan jawaban yang mendalam.

3. Tahap Penyiapan Pertanyaan

Tahap penyiapan pertanyaan juga merupakan tahap yang sangat penting dalam proses wawancara. Pewawancara harus dapat mengidentifikasi pertanyaan yang relevan, terbuka, dan menarik bagi responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut haruslah spesifik dan disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Hal ini akan membantu responden merespon dengan lebih baik dan memberikan informasi yang lebih lengkap.

4. Tahap Pelaksanaan Wawancara

Tahap berikutnya adalah pelaksanaan wawancara. Pada tahap ini, pewawancara harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi responden. Selain itu, pewawancara juga harus menguasai teknik-teknik wawancara, seperti mengajukan pertanyaan secara berurutan, menggunakan teknik bercerita, dan memberikan penguatan positif kepada responden. Hal ini akan membantu mendapatkan informasi yang lebih dalam dan mendalam dari responden.

5. Tahap Analisis Hasil Wawancara

Setelah pelaksanaan wawancara selesai, tahap terakhir adalah analisis hasil wawancara. Pada tahap ini, pewawancara harus mampu menganalisis semua data yang telah dikumpulkan dan menyimpulkan temuan-temuan yang relevan dengan tujuan penelitian. Pewawancara juga harus mampu mengidentifikasi pola-pola atau tema-tema yang muncul dari wawancara tersebut. Analisis ini akan membantu peneliti untuk memahami secara mendalam fenomena yang diteliti.

Dalam kesimpulannya, proses wawancara terdiri dari beberapa tahap yang harus dilakukan dengan hati-hati dan terorganisir. Tahapan-tahapan tersebut meliputi perencanaan, pengumpulan data, penyiapan pertanyaan, pelaksanaan wawancara, dan analisis hasil wawancara. Dengan memahami dan mengikuti proses wawancara dengan baik, peneliti atau pewawancara akan mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian atau studi mereka.

Kelebihan dan Kekurangan Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan dalam penelitian. Metode ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data secara mendalam dari responden serta memberikan fleksibilitas dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik penelitian. Meski demikian, metode wawancara juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan.

Kelebihan utama wawancara adalah kemampuannya dalam memperoleh data secara mendalam. Dalam wawancara, peneliti memiliki kesempatan untuk menjelajahi pandangan dan pengalaman responden dengan lebih mendalam. Dengan melakukan wawancara, peneliti dapat memahami konteks dan latar belakang responden sehingga data yang diperoleh menjadi lebih kaya dan komprehensif.

Kelebihan lainnya adalah fleksibilitas dalam mengajukan pertanyaan. Dalam wawancara, peneliti dapat menyesuaikan pertanyaannya dengan respons dan kebutuhan responden. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan relevan dengan tujuan penelitian. Fleksibilitas ini juga memungkinkan peneliti untuk menggali informasi yang mungkin tidak tercakup dalam instrumen penelitian lainnya seperti kuesioner.

Namun, metode wawancara juga memiliki kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satu kelemahan utama wawancara adalah waktu yang dibutuhkan yang relatif lebih lama dibandingkan dengan metode penelitian lainnya. Wawancara melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden, sehingga prosesnya bisa memakan waktu yang cukup lama tergantung pada kompleksitas topik dan jumlah responden yang terlibat. Hal ini bisa menjadi kendala terutama jika peneliti memiliki batasan waktu yang ketat untuk menyelesaikan penelitiannya.

Kelemahan lainnya adalah terjadinya bias oleh pewawancara dalam menginterpretasi jawaban responden. Pewawancara adalah manusia yang memiliki sudut pandang dan pemahaman sendiri terhadap topik penelitian. Hal ini dapat mempengaruhi cara pewawancara memahami dan menginterpretasi jawaban responden. Jika pewawancara memiliki bias atau pandangan yang terbatas, maka hasil wawancara bisa menjadi tidak objektif dan akurat. Oleh karena itu, pewawancara harus selalu berusaha untuk tetap objektif dan mempertimbangkan sudut pandang yang beragam saat menginterpretasi jawaban responden.

Dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan wawancara, penting bagi peneliti untuk mempertimbangkan konteks penelitian mereka dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Wawancara dapat menjadi alat yang sangat efektif jika digunakan dengan tepat dan diimbangi dengan upaya untuk meminimalkan kelemahannya. Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh data yang mendalam dan akurat yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mereka.

Tips Sukses dalam Melakukan Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode komunikasi yang efektif dalam mendapatkan informasi secara langsung dari sumbernya. Bagi para jurnalis, wawancara adalah kegiatan yang sangat penting untuk mendapatkan berita yang akurat dan berkualitas. Namun, tidak hanya mereka yang berprofesi sebagai jurnalis yang perlu menguasai teknik wawancara yang baik. Siapa pun yang ingin mendapatkan informasi lebih dalam tentang suatu topik tertentu juga sebaiknya memiliki keterampilan wawancara yang baik.

Bagaimana tips sukses dalam melakukan wawancara? Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Persiapan yang Matang

Sebelum melakukan wawancara, ada baiknya jika kita mempersiapkan diri dengan matang. Persiapan yang matang meliputi riset tentang topik yang akan diwawancarai, mencari informasi tentang narasumber, dan menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Dengan persiapan yang matang, kita akan lebih percaya diri dan dapat menghasilkan wawancara yang berkualitas.

2. Mengajukan Pertanyaan yang Relevan

Ketika melakukan wawancara, kita perlu mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik yang sedang dibicarakan. Pertanyaan yang relevan akan membantu kita mendapatkan jawaban yang kita butuhkan. Hindari mengajukan pertanyaan yang terlalu umum atau terlalu rumit, karena hal ini dapat membuat narasumber bingung atau tidak dapat menjawab dengan jelas.

3. Menciptakan Suasana Nyaman

Wawancara yang sukses membutuhkan suasana yang nyaman antara pewawancara dan narasumber. Oleh karena itu, kita perlu menciptakan suasana yang ramah dan santai selama wawancara berlangsung. Berikan salam yang hangat, bersikap sopan, dan tunjukkan rasa terima kasih atas waktu yang diberikan oleh narasumber. Hal ini akan membantu narasumber merasa nyaman dan lebih mudah untuk berbagi informasi.

4. Mendengarkan dengan Baik

Saat melakukan wawancara, kita perlu menjadi pendengar yang baik. Dengarkan dengan seksama apa yang diucapkan oleh narasumber. Jangan terlalu fokus pada pertanyaan selanjutnya atau mencatat hasil wawancara sekaligus, karena hal ini dapat mengganggu konsentrasi kita. Jika kita tidak memahami apa yang narasumber katakan, mintalah dia untuk mengulangi atau memberikan penjelasan lebih lanjut. Jangan takut untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas agar kita dapat memperoleh informasi yang benar-benar kita butuhkan.

5. Mencatat Hasil Wawancara secara Sistematis

Setelah melakukan wawancara, penting bagi kita untuk mencatat hasil wawancara secara sistematis. Caranya bisa dengan membuat catatan tertulis atau merekam wawancara menggunakan alat perekam suara. Dengan mencatat hasil wawancara secara sistematis, kita dapat dengan mudah menjaga keakuratan informasi dan menghindari kesalahan dalam penulisan berita atau laporan yang akan kita buat.

6. Menjaga Etika Wawancara

Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah menjaga etika wawancara. Selama wawancara, kita perlu tetap menghormati narasumber dan menjaga privasi mereka. Jangan membocorkan informasi yang mereka berikan kepada pihak lain tanpa izin. Selain itu, jangan menggunakan informasi yang diperoleh dari wawancara untuk kepentingan pribadi atau merugikan narasumber. Menghormati etika wawancara akan membantu membangun kepercayaan antara pewawancara dan narasumber, serta menjaga integritas profesi yang kita geluti.

Dengan mengikuti tips-tips sukses dalam melakukan wawancara di atas, diharapkan kita dapat menghasilkan wawancara yang berkualitas dan mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber. Ingatlah bahwa wawancara bukan hanya sekadar proses tanya-jawab, tetapi juga merupakan bentuk hubungan antara pewawancara dan narasumber yang harus dijaga dengan baik.

Kesimpulan

Setelah menjelajahi definisi serta pandangan para ahli mengenai wawancara, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sebuah metode komunikasi verbal yang merupakan alat yang sangat berguna untuk memperoleh informasi penting dari sumbernya. Melalui wawancara, peneliti atau jurnalis dapat mendapatkan wawasan yang mendalam terkait dengan topik yang sedang diteliti atau diliput.

Wawancara memiliki tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada konteksnya. Dalam dunia penelitian, tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan topik penelitian. Sedangkan dalam bidang jurnalistik, wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang akan menjadi sumber berita yang akurat dan mendalam. Proses wawancara yang dilakukan haruslah terstruktur dan terencana agar memastikan bahwa semua informasi yang diperoleh relevan dan dapat diandalkan.

Dalam melakukan wawancara, komunikasi verbal menjadi kunci utama. Melalui percakapan dan dialog antara pewawancara dan narasumber, informasi dapat saling dipertukarkan dan dipahami dengan baik. Oleh karena itu, pewawancara perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik, seperti kemampuan mendengarkan aktif, menanyakan pertanyaan yang tepat, dan mengelola waktu dengan efektif. Dalam wawancara, pewawancara harus memiliki kecakapan untuk menyampaikan pertanyaan dengan jelas, menggunakan bahasa formal, dan menghindari penggunaan bahasa yang tidak pantas.

Pentingnya menyiapkan pertanyaan sebelum melakukan wawancara tidak bisa diabaikan. Pewawancara harus mengerti dengan jelas tujuan wawancara serta topik yang akan dibahas. Dengan melakukan persiapan yang matang, pewawancara dapat menyiapkan pertanyaan yang relevan dan mendalam. Selain itu, pewawancara juga harus bersikap objektif dan tidak mempengaruhi tanggapan narasumber. Hal ini penting agar data yang diperoleh dari wawancara dapat diandalkan dan menggambarkan pandangan narasumber secara obyektif.

Wawancara juga memiliki beberapa jenis, seperti wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Pemilihan jenis wawancara tergantung pada tujuan dan konteks wawancara tersebut. Dalam wawancara terstruktur, semua pertanyaan telah dipersiapkan sebelumnya dan diulang untuk setiap narasumber. Wawancara semi-terstruktur memberikan kebebasan bagi narasumber untuk memberikan tanggapan lebih bebas. Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur, pertanyaan dikembangkan secara spontan sesuai dengan perkembangan wawancara.

Wawancara juga dapat dianggap sebagai seni, karena melalui wawancara, pewawancara harus mampu membawa narasumber untuk membuka diri dan berbagi informasi yang relevan. Pewawancara harus menggunakan kecerdasan emosional dan membangun hubungan yang baik dengan narasumber. Di samping itu, pewawancara juga perlu menggunakan bahasa tubuh yang positif dan menunjukkan rasa hormat kepada narasumber. Semua ini adalah keterampilan yang harus dikembangkan dan dilatih oleh pewawancara agar wawancara dapat berjalan dengan sukses.

Secara keseluruhan, wawancara adalah alat komunikasi verbal yang efektif untuk mendapatkan informasi penting dalam berbagai konteks seperti penelitian dan jurnalistik. Dengan menggunakan teknik-teknik wawancara yang tepat, pewawancara dapat memperoleh informasi yang relevan dan akurat dari narasumbernya. Wawancara juga memungkinkan narasumber untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka, sehingga memungkinkan para pembaca atau pendengar untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang topik yang sedang dibahas. Oleh karena itu, keterampilan dalam wawancara sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan oleh setiap individu yang ingin berhasil dalam bidang penelitian, jurnalistik, dan komunikasi.

Leave a Comment